SIMA’AN
AKAD PAHING DI DESA BEKIRING
KEC.
PULUNG KAB. PONOROGO
Sejarah
Desa bekiring
Desa
Bekiring merupakan bagian dari salah satu desa di Kecamatan Pulung yang
terletak disebelah timur kota Ponorogo. Bekiring adalah desa yang sangat hijau
pemandangannya. Mayoritas penduduknya petani, semua penduduknya beragama Islam,
desa ini awalnya merupakan bagian dari desa Banaran yang memisahkan diri, orang
dahulu menyebutkan “Bakal keri” yang artinya bagian yang tertinggal, dari desa
banaran. Disini penulis tidak menjelaskan secara pasti penyebab desa ini
memisahkan diri. Karena tidak adanya sumber yang jelas akan tetapi penulis
disini mencoba-coba mereka-reka tentang penyebab memisahkan diri Desa Bekiring
Desa Banaran:
1.
Luas
wilayah 1 desa.
2.
Kurangnya
pengayoman terhadap Desa Bekiring
3.
Ketidakcocokan
masyarakat Bekiring dengan kepemimpinan Desa Bonaran
Berdasarkan
hasil wawancara dengan tokoh agama Desa Bekiring Kecamatan Pulung Ponorogo 98
didapat hasil sebagai berikut:
SEJARAH
Sejarah berdirinya sima’an Akad Pahing di Desa
Bekiring, Kecamatan Pulung, yaitu berawal dari kesadaran para tokoh masyarakat
tentang pentingnya al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi seluruh umat
manusia yang sangat penting dan paling utama. Kebaikan al-Qur’an yang merasuk dalam
jiwa para pembacanya ini sangat besar pengaruhnya sehingga mereka dapat
merealisasikan kecintaan para pembacanya dengan cara, membuat majlis sima’an
al-Qur’an yang dilakukan pada setiap bulan sekali yaitu pada hari Akad Pahing,
sima’an ini terlaksana karena ada kekompakan para ulama’ atau tokoh agamis Desa
Bekiring kerjasmaa untuk mewujudkan aspirasi para ulama. Majelis Sema’an mula-mula didirikan didesa bekiring sekitar tahun 2005. Mula-mula pengikutnya
hanya 10-15 orang. Lama kelamaan berkembang menjadi ratusan. Tempatnya pun tidak
hanya di masjid atau dari rumah ke rumah, Dari berkelana timbullah
gagasan sema’an Al-Qur’an. Saya ingin benar dan tidak terlalu banyak salah.
Maka saya ambil langkah silang dengan menganjurkan pada para santri untuk berkumpul
sebulan sekali, mengobrol, guyonan santai, diiringi hiburan. Syukur-syukur jika
hiburan itu berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah. Kebetulan
saya menemukan pakem bahwa pertemuan seperti itu jika dibarengi membaca dan
mendengarkan Al-Qur’an, syukur-syukur bisa dari awal sampai khatam, Allah akan
memberikan rahmat dan nikmat. secara batiniah sema’an Al-Qur’an adalah hiburan yang
hasanah, hiburan yang baik. Selain juga merupakan upaya pendekatan diri kepada
Allah, dan sebagai tabungan di hari akhir.
Itu yang harus bener-benar diyakini oleh jema’ah sema’an
Al-Qur’an. Orang yang mendengarkan dan membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang
sama. Malah dalam sebuah ulasan seorang ulama dikatakan bahwa orang yang
mendengarkan bacaan Al-Qur’an pahalanya lebih besar daripada yang membacanya,
sebab pendengar lebih bisa menata hati, pikiran dan telinga serta lebih fokus
pada pendekatan diri kepada Allah. Satu-satunya upaya untuk mengutarakan
sesuatu kepada Allah menurut beliau ialah lewat Majelis sema’an Al-Qur’an ini.
Karena berdasarkan sebuah hadis, ”barang siapa ingin berkomunikasi dengan
Allah, maka beradalah ditengah-tengah suatu majlis.
Selama ini aktivitas
ibadah massal biasa diselenggarakan di pesantren, masjid, lapangan. Kegiatan
istighatsah, manaqib, shalawat, tahlil akhir-akhir ini termasuk ibadah massal
yang diikuti ratusan hingga puluhan ribu orang. Orang modern di perkotaan ternyata tidak hanya haus fulus dan jabatan, mereka
kerap sekali mengadakan kegiatan islami untuk menyejukkan ruang kering dalam
hati mereka. Demikian juga tingginya kompetensi akademik warga kampus tidak
menghalangi masuknya nilai-nilai rohani dalam lubuk sanubari
Didesa bekiring menghelat
kegiatan religius berupa Semaan Quran pk. 04.30 – 22.00 (bertempat
di Masjid-masjid dan rumah- rumah masyarakat), bekerja sama dengan Majelis dzikir widak
yaitu berdzikir 10000 untuk Wilayah ini yang dipimpin oleh KH. Imam
sujiran . Sementara itu acara yang sama juga digelar didesa desa sebelah Untuk
sekitarnya kegiatan Semaan Al-Quran ini rutin dilaksanakan setiap hari Ahad
pahing.beberapa dusun secara kontinu menyelenggaran event tersebut sejak satu
dekade yang lalu hingga kini. Kegiatan tersebut diminati masyarakat luas sejak
tahun 2011 di seluruh desa.Kegiatan tersebut lintas organisasi, madzhab maupun
politik, yakni semata membaca, mendengarkan Al-Quran 30 juz, dzikir, muidhah
serta shalat jamaah.
Majelis sima’an ini terbukti mampu menginspirasi lahirnya
puluhan pembaca Al-Quran dan menjadi pola dan contoh cara membaca al-Quran dengan
tajwid dan nada yang indah. Hal itu disebabkan oleh para ulama desa sebagai
pemandu acara, mereka adalah tamatan dari beberapa pesantren.
“MenjadikanAl-Qur’anMengalirsepertiair
Al-Qur’anul karim sudah 1400 tahun yang lalu diturunkan dan didengar dari generasi
kegenerasi namun mayoritas gerakan cinta al-qur’an masih berkisar belajar
membaca dan mencari keutamaannya,padahal kondisi umat sudah sangat hampir
memprihatinkan. Padahal kehidupan membutuhkan jawaban qur’ani yang cepat
seperti air yang mengalir karena derasnya permasalahan kehidupan terbentuknya Berawal dari kegiatan internal
lembaga yang melakukan tasnmi (sima’an) oleh Para calon-calon penerus b dibawah
asuhanangsa bapak imam sujira. Setiap
anak setiap hari ahad.
Para santri ini melakukan tasmi’ 1 juz setiap ahad pagi sampai menjelang siang.Seiring dengan waktu berjalan kegiatan ini rupanya banyak didengar oleh jama’ah diluar dan masjid-masjid disekitar desa bekiring.
Para santri ini melakukan tasmi’ 1 juz setiap ahad pagi sampai menjelang siang.Seiring dengan waktu berjalan kegiatan ini rupanya banyak didengar oleh jama’ah diluar dan masjid-masjid disekitar desa bekiring.
Akhirnya, atas inisiatif
bersama jama’ah yang ada yang secara intensif mengikuti pengajian Ustaad rateno
membentuk suatu wadah yang diberi nama “Majlis Al-Qur’an”.
BENTUK
KEGIATAN DAN KEORGANISASIAN
Bentuk
kegiatan sima’an Akad Pahing ini, merupakan bentuk kecintaan para umat Islam
kapada al-Qur’an. Simaan ini berbentuk mahlis yang didalamnya terjadi kegiatan
saling menyima’ al-Qur’an dan ada yang membacanya. Menurut peneliti kegiatan
sima’an ini lebih mirip dinamakan qotmil Qur’an hanya saja yang membedakan
sima’an al-Qur’an ini dibaca seorang tokoh agama atau tokoh agama Desa
Bekiring. Kemudian ada banyak masyarakat yang menyima’nya. Kegiatan ini diikuti
oleh para warga masyarakat yang beraneka ragam dan mulai anak-anak, remaja,
dewasa; tua sedangkan yang membacanya yaitu orang-orang yang dianggap paling
lancar bacaannya. Apabila diseleksi hal ini tidak memungkinkan karena kurangnya
para anggota masyarakat yang buta huruf dan buta membaca karena sebagian besar
penduduk desa Bekiring adalah masyarakat yang berpendidikan umum dan jarangnya
cara orang tua yang menyadari pentingnya ilmu agama yaitu seperti ilmu tentang
membaca al-Qur’an dan masih banyak penduduk yang hanyak lulusan sekolah dasar
bahkan penduduknya tidak bersekolah.
KEORGANISASIAN
Keorganisasian
yang menangani segala yang berhubungan dengan keorganisasian sima’an al-Qur’an
yaitu terdiri beberapa organisasi antara lain:
A.
Karang
taruna. Yaitu salah satu organisasi yang terlibat dalam kegiatan simaan akad
pahing di Desa Bekiring. Yaitu membantu pelaksanaan kegiatan ini misalnya
membantu dalam menyiapkan tempat-tempat yang digunakan untuk simaan yang lain.
Juga mengurusi masalah keamanan yang bekerjasama dengan keamanan Desa. Sebagian
dari aktivitas yang dilakukan karang taruna yaitu misalnya menjadi pembaca
apabila diperlukan.
B.
Organisasi
lain yang terikat yaitu PPNU karena salah satunya ketua ranting yang merupakan
ketua sima’an ini keterlibatan organisasi Nahdhatul ulama’ yaitu antara lain:
membantu dalam hal alat-alat yang digunakan.
D.
Tujuan Sima’an Akad Pahing
Kegiatan
sima’an ini dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut antara lain:
1.
Menjadikan
generasi muda mengenal dan mengamalkan al-Qur’an.
2.
Bagi
generasi tua sebagai jmebatan menyadari kesalahan dan kekhilafan.
3.
Untuk
mendapatkan ridlo Allah dan pertolongan Allah.
4.
Mengimani
rukun iman yang ketiga.
5.
Sebagai
tempat menambah kea mal bijak.
6.
Untuk
memperoleh pahala.
7.
Sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
8.
Tempat
pemersatu para tokoh ulama dan masyarakat Desa Bekiring.
9.
Mengajari
anak akan pentingnya mempelajari ilmu al-Qur’an.
10.
Untuk mengakrabkan diri dengan alqur’an dan mencetak
para generasi yang mempunyai keutamaan
dan fadhilah yang mulia dan
Untuk mendapatkan lebih banyak pahala disamping itu juga untuk melancarkan dan membangun kedekatan serta keakraban dengan ayat-ayat al-Qur’an sehingga nantinya lebihfamiliar.
Untuk mendapatkan lebih banyak pahala disamping itu juga untuk melancarkan dan membangun kedekatan serta keakraban dengan ayat-ayat al-Qur’an sehingga nantinya lebihfamiliar.
11. Diharapkan para jama’ah bisa mendapatkan
gambaran yang utuh dan memahami dengan baik ayat-ayat al-Qur’an sehingga bisa
menda’wahkannya kepada orang lain.
12. Sebagai
syiar gerakan cinta al-qur’an dan menyatukan jama’ah untuk bersama-sama
berinteraksi dengan al-qur’an mulai dari mendengar, membaca, menghafal,
memahami dan mengamalkan ajaran al-qur’an dalam lingkup diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara serta rahmat bagi seluruh alam.
13.
Untuk memperbaiki bacaan al-qur’an agar sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu tajwid sehingga bacaan alqur’annya benar dan terhindar dari
kesalahan
E.
Arah Kegiatan
Sima’an ini
untuk mempertahankan dan memperkuat jiwa qur’aniyah pada seluruh anggota
masyarakat. Arah kegiatan ini lebih ke dalam mengenalkan penting al-Qur’an dan
sebagai wahana tempat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kompetensi
materi yang diajarkan sebagai telah peneliti jelas sebelumnya bahwa kompetensi
yang ingin diajarkan antara lain memberikan wahana bagi para pelajar untuk
mengamalkan ilmunya yaitu dengan mempraktekkan membaca al-Qur’an yang baik dan
benar menurut tajwidnya. Mengajarkan kepada anak-anak para pemuda mudi
pentingnya kebersamaan. Mengajarkan cara
membaca al-Qur’an yang baik dan benar.
B. VISI DAN MISI
VISI
Membentuk masyarakat yang cerdas dalam berfikir, berwawasan qur’ani, berakhlaqul karimah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai Minhajul Hayah (pedoman hidup) dalam kehidupan.
Membentuk masyarakat yang cerdas dalam berfikir, berwawasan qur’ani, berakhlaqul karimah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai Minhajul Hayah (pedoman hidup) dalam kehidupan.
MISI
Mengalirkan al-Qur’an di dalam jiwa setiap pecintanya selaras dengan aliran darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
Mengalirkan al-Qur’an di dalam jiwa setiap pecintanya selaras dengan aliran darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
1. PROGRAM ’ (qotmil ) AL-QUR’AN
a. Metode
1) Adalah membaca Al-qur’an tanpa melihat yang
dilakukan oleh seorang pembaca (orang yang hafal Al-Qur’an) yang disimak bersama-sama dalam jama’ah
pengajian.
2) Tasmi’ biasanya dilakukan di rumah-rumah yang
bekerjasama dengan panitia majelis Al-Qur’an dengan pembacaan antara 2-3 juz
3) Peserta jama’ah pengajian juga diberikan
kesempatan membaca 1-2 ayat agar bisa saling mengoreksi jika ada kesalahan
dalam bacaan.
4) Setelah tasmi’ selesai dilanjutkan dengan
penafsiran/ pengkajian juz yang sudah dibaca secara global dan sedikit tanya
jawab jika waktunya masih ada.
5) Diakhiri dengan penutupan dan ramah tamah.
2. PROGRAM MABIT
a. Metode
1) MABIT adalah singkatan dari Malam Bina Iman
dan Taqwa yang dilakukan pada malam hari.
2) Kegiatan mabit ini biasa dilakukan dirumah
atau diluar kota dengan gambaran acara pembukaan, ceramah pembukan ustadz,
diskusi & tanya jawab kemudian tengah malam bangun untuk sholat malam
dengan imam seorang hafizh(hafal al-qur’an) dengan pembacaan 2 -3 juz. Dan
terakhir ditutup dengan sholat subuh, ma’tsurat dan ceramah penutupan serta
ramah tamah.
3) Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali atau
sesuai dengan permintaan
b. Tujuan dari kegiatan
Untuk melatih diri berlama-lama berdiri solat malam
(Mengikuti sunah rasul), merasakan kenikmatan dan kekhusyu’an dalam beribadah
dan membina ukhwah (persaudaraan) diantara sesama jama’ah.
3. PROGRAM DAUROH AL-QUR’AN
a. Metode
1) Dauroh Al-qur’an adalah kegiatan yang
dilakukan pada setiap hari ahad yang dilakukan dimasjid-masjid yang bekerja
sama dengan panitia majelis Al-Qur’an.
2) Kegiatan ini dilakukan pada pagi malam dari jam 18.00-20.30 dengan
gambaran acara Pembukaan, 1 juz dari
seorang imam alqur’an kemudian dilanjutkan dengan pengkajian atau
menafsiran juz yang dibaca secara global dengan mengangkat tema-tema yang
aktual dan diakhiri dengan dialog interktif serta penutupan
4. PROGRAM TAHSIN
a. Metode
1. Kegiatan ini dilakukan dibawah naungan lembaga
Al-Qur’an yang sudah mempunyai kurikulum pembelajaran sehingga bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Waktu kegiatan ini juga bisa disesuaikan
dengan keinginan peserta.
5. PROGRAM TAHFIZH
a. Metode
1. Kegiatan ini dilakukan dibawah naungan lembaga
Al-Qur’an yang sudah mempunya kurikulum pembelajaran sehingga bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Waktu kegiatan ini juga bisa disesuaikan
dengan keinginan peserta.
6. PROGRAM TAFSIR
a. Metode
1) Program tafsir ini dibuat untuk lebih
mengintensifkan jama’ah dengan pemahaman al-qur’an.
2)
Kegiatan ini dilakukan di rumah ustadz dengan agenda dan
waktu yang ditentukan.
Allah SWT menurunkan pesan-pesan-Nya melalui al-qur’an
kepada manusia, untuk dijadikan pegangan dan pedoman, WAY OF LIFE, agar manusia
sukses dalam menjalani kehidupan di dunia dan bahagia di akhirat. Allah
menurunkan al-qur’an melalui Rasul-Nya, menggunakan bahasanya, al-qur’an
diturunkan dibelahan bumi pilihan Allah, yakni Mekkah Al Muqarramah dan sebagai
umat islam yang juga terpanggil untuk menjalankan pesan-pesan Allah, maka sudah
menjadi kewajiban bagi kita untuk menjadikan al-qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman dalam hidup dan kehidupan, yakni memasyarakatkan isi, bacaan dan
mengamalkan al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
“ Alif Laam Raa ….. ( ini adalah ) Kitab yang kami
turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegerlapan
kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan, (Yaitu) menuju jalan Tuhan
yang Maha Perkasa lagi Maha terpuji ”. (QS;Ibrahim ayat; 1)
Dari ayat yang di atas, jelaslah bahwa fungsi
al-qur’an adalah untuk membebaskan manusia pada ayat ini
Allah menyebutkan kegelapan dengan menggunakan jamak Mu’annas salim dari
isim mufrad artinya kegelapan-kegelapan. Mengandung bahwa kegelapan di
dunia ini banyak macam raga dan bentuk. Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa
tafsir, baik itu ( At-Tabari ), (Jalalain), (Ibnu Katsir), maupun (Al-Kurtubi )
disebutkan bahwa itu tafsirnya , kekafiran, kesesatan dan
kebodohan. Sementara dalam ayat ini menggunakan
isim mufrad, tidak menggunakan bentuk jamak. itu menunjukkan bahwa cahaya itu
satu, yakni cahaya iman, petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Pada saat Nabi Muhammad yang begitu
semangatnya mempelajari al-qur’an hingga ketika Jibril belum selesai menuntun,
beliau sudah menirukannya. Allah melarang Nabi Muhammad, menirukan bacaan
Jibril kalimat demi kalimat, sebelum Jibril membacakannya sampai selesai. Hal
ini dilakukan agar Nabi Muhammad benar-benar paham dan hafal terhadap ayat yang
diturunkan. Artinya tanamkanlah kegemaran membaca al-qur’an, pelajarilah secara
bertahap dan siapapun yang ingin belajar al-qur’an haruslah ada pembimbingnya,
agar ketika salah membacanya ada yang mengoreksinya.
16. janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
20. sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
20. sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.(QS;Al-Qiyamah : 16-21)
Pada ayat ini juga Allah memerintahkan dengan Fi’il
Amar maka iktuilah bacaan itu artinya, setelah gemar membaca dan
mengamalkannya al-qur’an kita tidak hanya tinggal diam. Kita disuruh mengikuti
al-qur’an, mengikuti amalan syariat dan hokum-hukumnya, sesuai dengan kapasitas
diri masing-masing. Pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai al-qur’an
dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Dengan kecintaan membaca
ayat-ayat al-qur’an , merupakan tanda akan lahir suatu motivasi untuk mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan terhadap al-qur’an tidak lahir dengan
spontanitas, disamping upaya yang sungguh-sungguh dari diri sendiri, keluarga
dan para ulama dalam meningkatkan tulis baca al-qur’an, namun yang tidak
kala pentingnya adalah faktor apresiasi pemerintah. Jikalau kita seorang
pejabat, tiada salahnya membuat peraturan daerah yang berhubungan dengan
al-qur’an, misalnya setiap anak yang melanjutkan ke tingkat SLTP dan SLTA
hendaknya memiliki sertifikat tulis baca al-qur’an. Dengan demikian, TPA-TPA
yang ada disekitar kita tidak akan sepi seperti sekarang ini. Kita bangga
karena didaerah kita telah banyak berdiri mensjid-mesjid, telah banyak berdiri
surau-surau, TPA-TPA yang telah banyak dicetak qari dan qari’ah,
Oleh karena itu, marilah kita galakkan membaca
Al-Qur’an. Marilah, bersama-sama kita pelajari dan mengamalkan isi
Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana layaknya Rasul diberi gelar
Al-Qur’an yang berjalan. Dengan demikian akan tercapailah masyarakat yang
dicita-citakan yaitu BALDHATUN TAYYIBATUN WARABBUN GHAFUR. Pengertian
Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang lafad Al-Qur’an
tetapi mereka sepakat bahwa lafad Al-Qur’an adalah isim (kata benda) bukan fi’il (kata
kerja) atau harf (huruf). Isim yang dimaksud
dalam bahasa Arab sama dengan keberadaan isim-isim lain, kadang berupa isim
jamid atau disebut isim musytaq
Sebagian ulama berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah
isim musytaq, namun mereka masih tergolong ke dalam dua golongan.
Golongan pertama berpendapat, bahwa huruf nun adalah
huruf asli sehingga dengan demikian isim tersebut isim musytaq dari materi
qa-ra-na. Golongan yang berpendapat seperti itu, masih terbagi dua juga :
Golongan pertama diwakili antara lain oleh Al-Asyari yang
berpendapat bahwa lafad Al-Qur’an diambil dari kalimat “Qarana
asy-syaiu bis-sya’i aidzadhammamatuh ilaih”. Ada juga yang
berpendapat diambil dari kalimat “qarana baina baina al-bairani, idza jam’a
bainahuma”. Dari kalimat yang terakhir muncul sebutan Qirana terhadap
pengumpulan pelaksanaan ibadah haji dan umroh dengan hanya satu ihrom.
Golongan kedua diwakili antara lain oleh Al-Farra
berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an musytaq dari kata qara’un,
jamak dari qarinah,
karena ayat-ayat Al-Qur’an (lafalnya) banyak yang sama antara yang satu dengan
yang lain.
Golongan kedua berpendapat bahwa huruf alif dalam
kata Al-Qur’an adalah huruf asli. Pendapat ini juga terjadi pada dua golongan :
Golongan pertama diwakili oleh Ihyan yang
berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar mahmuz mengikuti wazan
al-gufron dan ia merupakan musytaq dari kata qara’a yang
mempunyai arti yang sama dengan tala’.
Golongan kedua diwakili antara lain Az-Zujaj yang
berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an diidentikan dengan wazan
al-fu’lan yang merupakan musytaq dari kata al-qar’u
yangmempunyai arti al-jam’u
Dari uraian tersebut berbagai pandangan tentang Al-Qur’an
dilihat dari sudut bahasa, penulis menganbil definisi dari pendapat pertama
yang mengatakan bahwa alif dalam kata Al-Qur’an adalah
asli sebagaim,ana diwakili oleh Al-Lihyan, hal ini agar definisi Al-Qur’an sama
dengan definsi telah disajikan pada bab pertama.
Dalam pengertian Al-Qur’an, para ulama mempunyai
shigoh-shigoh tertentu, ada yang panjang dan ada yang pendek. Sedangkan yang
paling mendekati dan sama menurut pengertian mereka tentang Al – definisi
Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, bagi yang
membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala
Fungsi Al-Qur’an
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah
Al-Qur’an yang terjaga dari penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai
sebagai petunjuk dan pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT
:
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang
mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi
yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan
ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158) Juga disebutkan
FirmanyaNya :
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon
(Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS
Furqon: 1) Sebagian nama–nama
Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi
Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat
dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi
Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah
berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan yang diturunkan-Nya Al-Qur’an yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai
itu …” (QS Al-Baqoroh [2]: 185).
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqoroh [2]: 2).
Bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya, antara lain Surat
Al-Imron [3] ayat 138.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah
berfirman, : “…. Katakanlah : ‘Al-Qur’an itu adalan petunjuk dan penawar bagi
orang-orang beriman…” (QS Fussila [41]: 44).
b. Al-Furqon (pemisah)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran yang membedakan
dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar
dengan yang salah. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya
Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil) … (QS Al-Baqaroh [2] : 185).
c. Al-Syifa (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi
penyakit yang ada di dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit
psikologis). Allah berfiman, “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada…”(QS Yunus [10] : 57).
d. Al Mau’idzoh (nasehat)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai
nasehat bagi orang-orang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa” (QS Ali-Imron
[3]: 138)
Demikianlah fungsi Al-Qur’an yang diambil dari
nama-namanya yang difirman Allah dalam Al-Qur’an. Sedang fungsi Al-Qur’an dari
pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan
invidu yang bersangkutan
Pentingnya Membaca Al-Qur’an
Allah menurunkan Al-Qur’an
kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan
kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan
terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Di antara ciri khas atau
keistimewaan yang dimilki Al-Qur’an adalah ia bisa memberi syafa’at pada hari
kiamat pada orang yang membacanya, a, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Umamah
al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:Muslim
SUMBER DANA SIMA’AN
Sumber dana diperoleh dari
para anggota sima,an akad pahing dari perorang tidak dibatasi akan tetapi
terserah dan keiklasan mereka menurut hasil wawancara peneliti yaitu delapan
puluh ribu, sembilan puluh ribu seratus ribu akan tetapi yang bertanggung jawab
yaitu orang menjadi tuan rumah misalnya sima’an pada bulan ini diadakan didusun
nguncup maka yang bertanggung jawan penuh masyarakat yang berada pada desa
tersebut yang mereka yang bertanggung jawab atas perlengkapannya misalnya
konsumsi alat-alat sonds sistem dan lain-lain. Sedang iuran dari para anggota
hanya digunakan sebagai uang pokok dan uang yang diperlukan sebagai keperluan
mendadak. Akan tetapi kadang kala banyak masyarakat yang memberikan konsumsi
dan dana seiklasnya dari mereka sedangkan dari para anggota sima’an sendiri tidak
menghimpun iuran wajib bagi masyarakat.
PERKEMBANGAN SIMA”AN AL-QUR’AN
Dari kegiatan ini dapat peneliti simpulkan bahwa
perkembangan sima’an ini yaitu dzikir widak yaitu berdzikir bersama masyakat
yang masing-masing terdiri dari masrakat yang banyak dan masing-masing
berdzikir sampai jumlahnya yaitu 6000. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari dilaksanakan setelah kegiatan sima’an
al-qur’an selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar