Selasa, 25 November 2014

PERANAN KEMAMPUAN INGATAN DAN INTELEGENSI DALAM AKTIVITAS DAKWAH




BAB I
PENDAHULUAN


Ingatan atau memori menunjuk pada proses penyimpangan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu. Seseorang dapat menyimpan kode nomor telpon tertentu dalam ingatan untuk jangka waktu kurang dari satu detik, atau sepanjang hayatnya. Hamper semua aktivitas manusia sealu melibatkan aspek ingatan. Oleh sebab itu, ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting didalam proses-proses kognitif manusia.
Sedangkan orang berfikir mengunakan pikiran (intelok) nya, cepat tidaknya dan terpecahnya atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuannya. Dilihat dari intelijensinya kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali atau cerdas (genius)  atau pendiri atau dungu (idiot).
Kedua hal tersebut masuk didalam aktivitas belajar mempunyai peranan yang sangat besar oleh karena itu pada makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan peranan kemampuan  ingatan dan intelejensi dalam aktivitas belajar. Maka dari itu ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apakah pengertian kemampuan ingatan dalam aktivitas dakwah?
2.      Sebutkan peranan kemampuan ingatan dalam aktivitas dakwah
3.      Sebutkan peranan intelejensi dalam aktivitas belajar dakwah?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Ingatan ialah kecakapan untuk menerima, meyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.[1] Pensifatan yang diberikan kepada ingatan juga lalu diberikan masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat cepat atau mudah mencamkan serta teguh luas dalam menyimpan dan siap atau sedia mereproduksikan kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan sesuatu hal  tanpa menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima (dicamkan)itu akan disimpan sebaik-baiknya, tidak akan diubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat memproduksikan kesan yang telah disimpannya.
Secara teori dapat kita berbeda adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu yaitu:
a.       Mencamkan yaitu menerima keasan-kesan
b.      Menyimpan kesan-kesan
c.       Mereproduksikan kesan-kesan.
Intelijensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.[2] Intelijensi juga diartikan sebagai salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia.[3] Intelejensi merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi. Secara umum intelejensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki intelejensi tinggi sering disebut pula sebagai orang cerdas atau jenius.
Dakwah berasal dari bahasa arab yaitu dari fiil madhi (                       )yang bearti menyeru, memanggil,mengajak sedangkan menrut istilah usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyaru,mengajak, memanggil manusialainnya untuk beriman dan menaati Allah .sesuaidengan garis-garis aqidah dan syari’at serta aklak islamiyah.[4]

B.       Peranan Kemampuan Ingatan Dalam Aktivitas Belajar
Belajar bukanlah berproses dalam kemampuan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya salah satu aktivitas yang berhubungan dengan masalah belajar ialah mengiat.
Mengingat merupakan gejala psikologis untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya.[5] Perbautan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ngingat kesan yang telah dipunyai.
Ingatan itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning) menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, memasukkan, menyimpan, mengangkat kembali kealam sadar.
Mengiat adalah salah satu aktivitas belajar, tidak ada seorangpun yang tidak pernah mengingat dalam belajar, kecuali orang gila yang tidak pernah belajar selama mengalami kegilaan. Perbuatan mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang menghafal bahan pelajaran berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus dan sebagainya.
Mengingat tidak sama dengan belajat. Hafal atau mengingat akan sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam arti yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan menghafal saja tetapi dengan pengertian.[6]
Untuk menyampaikan dakwah kita harus memahami kemampuan daya ingat orang yang akan kita dakwahi,dengan demikian  dakwah akan lebih mudah diterima dan dipahami dapat disimpan dan dingat kembali, tidak perlu banyak materi yang harus disampaikan cukup sedikit saja tetapi mngadung makna yang banyak da mengunakan bahasa yang mudah dipahami sihigga memudakan untuk diingat kembali,

C.    Peranan Inteligensi Dalam Aktifitas Belajar
Salah satu teori yang atas dasar cara seperti yang dikemukakan itu ialah teori Binet. Binet menyatakan sifat hakekat inteligensi itu ada tiga macam, yaitu seperti disajikan berikut ini.
a.       Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang akan makin cakaplah di membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu perintah saja, dan makin cerdas seseorang maka dia akan makin tetap pada tjuan itu, tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.
b.      Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu jadi makin cerdas seseorang dia akan makin dapat menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan se mestinya, makin dapat bersikap kritis.
c.       Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Makin cerdas seseorang makin dapat dibelajar dan kesalahannya, kesalahan yang telah dibuatnya tidak mudah diulangi lagi.
Banyak ahli menganggap bahwa kemamapuan belajar dan memodifika perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang penting  bagi inteligensi manusia. Orang yang memiliki intelegensi tinggi mampu beradaptasi dengan tuntuta termasuk perubahan lingkungan dimana ia berada. Sebaliknya orang yang memiliki inteligensi rendah tidak memiliki kemampuan beradaptasi, sehingga sering mengalami kesulitan social-budaya. Karena belajar juga membutuhkan lingkungan yang kondusif maka apabila seseorang dapat beradaptasi dengan lingkungannya berarti aktifitas belajarnya juga akan berjalan baik.
Intelegensi anak merupakan potensi bawaan yang saling dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain inteligensi dianggap sebagai factor yang menentukan berhasil tidaknya anak disekolah. Hal ini memang beralasan karena anak dengan inteligensi yang rendah, dibawah rata-arata normal, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar. Karena cara berfikir lambat, anak mengalami kesukaran beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya.
Sebaliknya, pada konsultik lainnya ditemukan hasil penelitian bahwa anak dengan intelegensi yang tinggi cenderung mengalami kesukaran beradaptasi dengan anak yang intelegensinya rata-rata normal. Hal ini disebabkan anak engan intelegensi yang tinggi lebih cepat menyerap, mengalami dan meyimpan bahan pelajaran yang diberikan daripada anak dengan intelegensi rata-rata normal. Akan tetapi bahwa pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan intelegensi.
Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan cukup besar semakin tinggi lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga IQ anak. Tiga unsure penting dalam keluarga yang amat berpengaruh terhadap perkembangan intelegensi anak yang ditemukan dalam penelitian, yaitu:
1.      Jumlah buku, majalah dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan keluarga.
2.      Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi akademiknya.
3.      Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.
Permasalahan intelegensi ini adalah bagaimana peranan orang tua dalam mengembangkan taraf intelegensi anak, sehingga berdampak positif bagi keberhasilan anak disekolah kelak.
Intelijensi merupakan factor pikologis yang mempuyai pengaruh cukup besar dalam proses dakwah, karena dalam dakwah menghadapi berbagai karakter yang masing-masing berbeda maka harus mempuyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi sekeliling yang tidak menentu serta harus mempuyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugasyang perlu diselesaikan dengan cara yang baik. Dan semua kemampuan diatas merupakan salah satu kemampuan yang dimiiki intelijensi.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ingatan ialah kecakapan untuk menerima, meyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Intelijensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Pengertian belajar menurut James O Whittaker belajar sebagai proses dimaan tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
1.      Peranan Kemampuan Ingatan Dalam Aktivitas Belajar
Perbuatan mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang menghafal bahan pelajaran berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus dan sebagainya.
2.      Peranan Inteligensi Dalam Aktifitas Belajar
-          Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan
-          Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu
-          Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.



DAFTAR PUSTAKA


Suryabrata,Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.
Purwanto, Ngalim . Psikologi Pendidikan, cetakan 23. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
Ahmad hafidz, Psikologi Kognitif, , cert. 1. Surabaya: Srikandi, 2005.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, cet 1. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.




[1] Sumadi, Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), 44.
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cetakan 23, hal.  52.
[3] Ahmad hafidz, Psikologi Kognitif (Surabaya: Srikandi, 2005), cert. 1 hal. 345.
[4] Moh ali aziz imu dakwah (Jakarta:kencana,2004).11
[5] Syaifudin bahri psikologo belajar (Jakarta”rineka cipta,2002).44
[6]  Ngalim Purwanto,…….88. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar