Sabtu, 29 November 2014

sosiologi pendidikan

SIMA’AN AKAD PAHING DI DESA BEKIRING
KEC. PULUNG KAB. PONOROGO

Sejarah Desa bekiring
Desa Bekiring merupakan bagian dari salah satu desa di Kecamatan Pulung yang terletak disebelah timur kota Ponorogo. Bekiring adalah desa yang sangat hijau pemandangannya. Mayoritas penduduknya petani, semua penduduknya beragama Islam, desa ini awalnya merupakan bagian dari desa Banaran yang memisahkan diri, orang dahulu menyebutkan “Bakal keri” yang artinya bagian yang tertinggal, dari desa banaran. Disini penulis tidak menjelaskan secara pasti penyebab desa ini memisahkan diri. Karena tidak adanya sumber yang jelas akan tetapi penulis disini mencoba-coba mereka-reka tentang penyebab memisahkan diri Desa Bekiring Desa Banaran:
1.      Luas wilayah 1 desa.
2.      Kurangnya pengayoman terhadap Desa Bekiring
3.      Ketidakcocokan masyarakat Bekiring dengan kepemimpinan Desa Bonaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh agama Desa Bekiring Kecamatan Pulung Ponorogo 98 didapat hasil sebagai berikut:

SEJARAH
Sejarah berdirinya sima’an Akad Pahing di Desa Bekiring, Kecamatan Pulung, yaitu berawal dari kesadaran para tokoh masyarakat tentang pentingnya al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi seluruh umat manusia yang sangat penting dan paling utama. Kebaikan al-Qur’an yang merasuk dalam jiwa para pembacanya ini sangat besar pengaruhnya sehingga mereka dapat merealisasikan kecintaan para pembacanya dengan cara, membuat majlis sima’an al-Qur’an yang dilakukan pada setiap bulan sekali yaitu pada hari Akad Pahing, sima’an ini terlaksana karena ada kekompakan para ulama’ atau tokoh agamis Desa Bekiring kerjasmaa untuk mewujudkan aspirasi para ulama. Majelis Sema’an mula-mula didirikan didesa bekiring sekitar tahun 2005. Mula-mula pengikutnya hanya 10-15 orang. Lama kelamaan berkembang menjadi ratusan. Tempatnya pun tidak hanya di masjid atau dari rumah ke rumah,  Dari berkelana timbullah gagasan sema’an Al-Qur’an. Saya ingin benar dan tidak terlalu banyak salah. Maka saya ambil langkah silang dengan menganjurkan pada para santri untuk berkumpul sebulan sekali, mengobrol, guyonan santai, diiringi hiburan. Syukur-syukur jika hiburan itu berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah. Kebetulan saya menemukan pakem bahwa pertemuan seperti itu jika dibarengi membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, syukur-syukur bisa dari awal sampai khatam, Allah akan memberikan rahmat dan nikmat. secara batiniah sema’an Al-Qur’an adalah hiburan yang hasanah, hiburan yang baik. Selain juga merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah, dan sebagai tabungan di hari akhir.
Itu yang harus bener-benar diyakini oleh jema’ah sema’an Al-Qur’an. Orang yang mendengarkan dan membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang sama. Malah dalam sebuah ulasan seorang ulama dikatakan bahwa orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an pahalanya lebih besar daripada yang membacanya, sebab pendengar lebih bisa menata hati, pikiran dan telinga serta lebih fokus pada pendekatan diri kepada Allah. Satu-satunya upaya untuk mengutarakan sesuatu kepada Allah menurut beliau ialah lewat Majelis sema’an Al-Qur’an ini. Karena berdasarkan sebuah hadis, ”barang siapa ingin berkomunikasi dengan Allah, maka beradalah ditengah-tengah suatu majlis.
Selama ini aktivitas ibadah massal biasa diselenggarakan di pesantren, masjid, lapangan. Kegiatan istighatsah, manaqib, shalawat, tahlil akhir-akhir ini termasuk ibadah massal yang diikuti ratusan hingga puluhan ribu orang. Orang modern di perkotaan ternyata tidak hanya haus fulus dan jabatan, mereka kerap sekali mengadakan kegiatan islami untuk menyejukkan ruang kering dalam hati mereka. Demikian juga tingginya kompetensi akademik warga kampus tidak menghalangi masuknya nilai-nilai rohani dalam lubuk sanubari
Didesa bekiring menghelat kegiatan religius berupa Semaan  Quran  pk. 04.30 – 22.00 (bertempat di Masjid-masjid dan rumah- rumah masyarakat), bekerja sama dengan Majelis dzikir widak  yaitu berdzikir 10000 untuk Wilayah ini yang dipimpin oleh KH. Imam sujiran . Sementara itu acara yang sama juga digelar didesa desa sebelah Untuk sekitarnya kegiatan Semaan Al-Quran ini rutin dilaksanakan setiap hari Ahad pahing.beberapa dusun secara kontinu menyelenggaran event tersebut sejak satu dekade yang lalu hingga kini. Kegiatan tersebut diminati masyarakat luas sejak tahun 2011 di seluruh desa.Kegiatan tersebut lintas organisasi, madzhab maupun politik, yakni semata membaca, mendengarkan Al-Quran 30 juz, dzikir, muidhah serta shalat jamaah.
Majelis sima’an  ini terbukti mampu menginspirasi lahirnya puluhan pembaca Al-Quran dan menjadi pola dan contoh cara membaca al-Quran dengan tajwid dan nada yang indah. Hal itu disebabkan oleh para ulama desa sebagai pemandu acara, mereka adalah tamatan dari beberapa pesantren.
 “MenjadikanAl-Qur’anMengalirsepertiair Al-Qur’anul karim sudah 1400 tahun yang lalu diturunkan dan didengar dari generasi kegenerasi namun mayoritas gerakan cinta al-qur’an masih berkisar belajar membaca dan mencari keutamaannya,padahal kondisi umat sudah sangat hampir memprihatinkan. Padahal kehidupan membutuhkan jawaban qur’ani yang cepat seperti air yang mengalir karena derasnya permasalahan kehidupan  terbentuknya Berawal dari kegiatan internal lembaga yang melakukan tasnmi (sima’an) oleh Para calon-calon penerus b dibawah asuhanangsa bapak imam sujira. Setiap    anak setiap hari ahad.
Para santri ini melakukan tasmi’ 1 juz setiap ahad pagi sampai menjelang siang.Seiring dengan waktu berjalan kegiatan ini rupanya banyak didengar oleh jama’ah diluar dan masjid-masjid disekitar desa bekiring.
Akhirnya, atas inisiatif bersama jama’ah yang ada yang secara intensif mengikuti pengajian Ustaad rateno membentuk suatu wadah yang diberi nama “Majlis Al-Qur’an”.

BENTUK KEGIATAN DAN KEORGANISASIAN
Bentuk kegiatan sima’an Akad Pahing ini, merupakan bentuk kecintaan para umat Islam kapada al-Qur’an. Simaan ini berbentuk mahlis yang didalamnya terjadi kegiatan saling menyima’ al-Qur’an dan ada yang membacanya. Menurut peneliti kegiatan sima’an ini lebih mirip dinamakan qotmil Qur’an hanya saja yang membedakan sima’an al-Qur’an ini dibaca seorang tokoh agama atau tokoh agama Desa Bekiring. Kemudian ada banyak masyarakat yang menyima’nya. Kegiatan ini diikuti oleh para warga masyarakat yang beraneka ragam dan mulai anak-anak, remaja, dewasa; tua sedangkan yang membacanya yaitu orang-orang yang dianggap paling lancar bacaannya. Apabila diseleksi hal ini tidak memungkinkan karena kurangnya para anggota masyarakat yang buta huruf dan buta membaca karena sebagian besar penduduk desa Bekiring adalah masyarakat yang berpendidikan umum dan jarangnya cara orang tua yang menyadari pentingnya ilmu agama yaitu seperti ilmu tentang membaca al-Qur’an dan masih banyak penduduk yang hanyak lulusan sekolah dasar bahkan penduduknya tidak bersekolah.

KEORGANISASIAN
Keorganisasian yang menangani segala yang berhubungan dengan keorganisasian sima’an al-Qur’an yaitu terdiri beberapa organisasi antara lain:
A.    Karang taruna. Yaitu salah satu organisasi yang terlibat dalam kegiatan simaan akad pahing di Desa Bekiring. Yaitu membantu pelaksanaan kegiatan ini misalnya membantu dalam menyiapkan tempat-tempat yang digunakan untuk simaan yang lain. Juga mengurusi masalah keamanan yang bekerjasama dengan keamanan Desa. Sebagian dari aktivitas yang dilakukan karang taruna yaitu misalnya menjadi pembaca apabila diperlukan.
B.     Organisasi lain yang terikat yaitu PPNU karena salah satunya ketua ranting yang merupakan ketua sima’an ini keterlibatan organisasi Nahdhatul ulama’ yaitu antara lain: membantu dalam hal alat-alat yang digunakan.

D. Tujuan Sima’an Akad Pahing
Kegiatan sima’an ini dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut antara lain: 
1.      Menjadikan generasi muda mengenal dan mengamalkan al-Qur’an.
2.      Bagi generasi tua sebagai jmebatan menyadari kesalahan dan kekhilafan.
3.      Untuk mendapatkan ridlo Allah dan pertolongan Allah.
4.      Mengimani rukun iman yang ketiga.
5.      Sebagai tempat menambah kea mal bijak.
6.      Untuk memperoleh pahala.
7.      Sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
8.      Tempat pemersatu para tokoh ulama dan masyarakat Desa Bekiring.
9.      Mengajari anak akan pentingnya mempelajari ilmu al-Qur’an.
10.  Untuk mengakrabkan diri dengan alqur’an dan mencetak para  generasi yang mempunyai keutamaan dan fadhilah yang mulia dan
Untuk mendapatkan lebih banyak pahala disamping itu juga untuk melancarkan dan membangun kedekatan serta keakraban dengan ayat-ayat al-Qur’an sehingga nantinya lebihfamiliar.
11.  Diharapkan para jama’ah bisa mendapatkan gambaran yang utuh dan memahami dengan baik ayat-ayat al-Qur’an sehingga bisa menda’wahkannya kepada orang lain.
12.   Sebagai syiar gerakan cinta al-qur’an dan menyatukan jama’ah untuk bersama-sama berinteraksi dengan al-qur’an mulai dari mendengar, membaca, menghafal, memahami dan mengamalkan ajaran al-qur’an dalam lingkup diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta rahmat bagi seluruh alam.
13.  Untuk memperbaiki bacaan al-qur’an agar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid sehingga bacaan alqur’annya benar dan terhindar dari kesalahan



E. Arah Kegiatan
Sima’an ini untuk mempertahankan dan memperkuat jiwa qur’aniyah pada seluruh anggota masyarakat. Arah kegiatan ini lebih ke dalam mengenalkan penting al-Qur’an dan sebagai wahana tempat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kompetensi materi yang diajarkan sebagai telah peneliti jelas sebelumnya bahwa kompetensi yang ingin diajarkan antara lain memberikan wahana bagi para pelajar untuk mengamalkan ilmunya yaitu dengan mempraktekkan membaca al-Qur’an yang baik dan benar menurut tajwidnya. Mengajarkan kepada anak-anak para pemuda mudi pentingnya kebersamaan.  Mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar.

B. VISI DAN MISI
VISI
Membentuk masyarakat yang cerdas dalam berfikir, berwawasan qur’ani, berakhlaqul karimah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai Minhajul Hayah (pedoman hidup) dalam kehidupan.
MISI
Mengalirkan al-Qur’an di dalam jiwa setiap pecintanya selaras dengan aliran darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
1.      PROGRAM ’ (qotmil ) AL-QUR’AN
a.       Metode
1)      Adalah membaca Al-qur’an tanpa melihat yang dilakukan oleh seorang pembaca (orang yang hafal Al-Qur’an) yang disimak bersama-sama dalam jama’ah pengajian.
2)      Tasmi’ biasanya dilakukan di rumah-rumah yang bekerjasama dengan panitia majelis Al-Qur’an dengan pembacaan antara 2-3 juz
3)      Peserta jama’ah pengajian juga diberikan kesempatan membaca 1-2 ayat agar bisa saling mengoreksi jika ada kesalahan dalam bacaan.
4)      Setelah tasmi’ selesai dilanjutkan dengan penafsiran/ pengkajian juz yang sudah dibaca secara global dan sedikit tanya jawab jika waktunya masih ada.
5)      Diakhiri dengan penutupan dan ramah tamah.
2.      PROGRAM MABIT
a.       Metode
1)      MABIT adalah singkatan dari Malam Bina Iman dan Taqwa yang dilakukan pada malam hari.
2)      Kegiatan mabit ini biasa dilakukan dirumah atau diluar kota dengan gambaran acara pembukaan, ceramah pembukan ustadz, diskusi & tanya jawab kemudian tengah malam bangun untuk sholat malam dengan imam seorang hafizh(hafal al-qur’an) dengan pembacaan 2 -3 juz. Dan terakhir ditutup dengan sholat subuh, ma’tsurat dan ceramah penutupan serta ramah tamah.
3)      Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali atau sesuai dengan permintaan
b.      Tujuan dari kegiatan
Untuk melatih diri berlama-lama berdiri solat malam (Mengikuti sunah rasul), merasakan kenikmatan dan kekhusyu’an dalam beribadah dan membina ukhwah (persaudaraan) diantara sesama jama’ah.
3.      PROGRAM DAUROH AL-QUR’AN
a.       Metode
1)      Dauroh Al-qur’an adalah kegiatan yang dilakukan pada setiap hari ahad yang dilakukan dimasjid-masjid yang bekerja sama dengan panitia majelis Al-Qur’an.
2)      Kegiatan ini dilakukan pada pagi malam dari jam 18.00-20.30 dengan gambaran acara Pembukaan,  1 juz dari seorang imam alqur’an kemudian dilanjutkan dengan pengkajian atau menafsiran juz yang dibaca secara global dengan mengangkat tema-tema yang aktual dan diakhiri dengan dialog interktif serta penutupan
4.      PROGRAM TAHSIN
a.       Metode
1.      Kegiatan ini dilakukan dibawah naungan lembaga Al-Qur’an yang sudah mempunyai kurikulum pembelajaran sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.      Waktu kegiatan ini juga bisa disesuaikan dengan keinginan peserta.
5.      PROGRAM TAHFIZH
a.       Metode
1.      Kegiatan ini dilakukan dibawah naungan lembaga Al-Qur’an yang sudah mempunya kurikulum pembelajaran sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2.      Waktu kegiatan ini juga bisa disesuaikan dengan keinginan peserta.
6.      PROGRAM TAFSIR
a.       Metode
1)      Program tafsir ini dibuat untuk lebih mengintensifkan jama’ah dengan pemahaman al-qur’an.
2)      Kegiatan ini dilakukan di rumah ustadz dengan agenda dan waktu yang ditentukan.
Allah SWT menurunkan pesan-pesan-Nya melalui al-qur’an kepada manusia, untuk dijadikan pegangan dan pedoman, WAY OF LIFE, agar manusia sukses dalam menjalani kehidupan di dunia dan bahagia di akhirat. Allah menurunkan al-qur’an melalui Rasul-Nya, menggunakan bahasanya, al-qur’an diturunkan dibelahan bumi pilihan Allah, yakni Mekkah Al Muqarramah dan sebagai umat islam yang juga terpanggil untuk menjalankan pesan-pesan Allah, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjadikan al-qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam hidup dan kehidupan, yakni memasyarakatkan isi, bacaan dan mengamalkan al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
“ Alif Laam Raa ….. ( ini adalah ) Kitab yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegerlapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan, (Yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha terpuji ”. (QS;Ibrahim ayat; 1)
Dari ayat yang di atas, jelaslah bahwa fungsi al-qur’an adalah untuk membebaskan manusia    pada ayat ini Allah menyebutkan kegelapan dengan  menggunakan jamak Mu’annas salim dari isim mufrad  artinya kegelapan-kegelapan. Mengandung bahwa kegelapan di dunia ini banyak macam raga dan bentuk. Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa tafsir, baik itu ( At-Tabari ), (Jalalain), (Ibnu Katsir), maupun (Al-Kurtubi ) disebutkan bahwa   itu tafsirnya , kekafiran, kesesatan dan kebodohan. Sementara      dalam ayat ini menggunakan isim mufrad, tidak menggunakan bentuk jamak. itu menunjukkan bahwa cahaya itu satu, yakni cahaya iman, petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Pada saat Nabi Muhammad yang begitu semangatnya mempelajari al-qur’an hingga ketika Jibril belum selesai menuntun, beliau sudah menirukannya. Allah melarang Nabi Muhammad, menirukan bacaan Jibril kalimat demi kalimat, sebelum Jibril membacakannya sampai selesai. Hal ini dilakukan agar Nabi Muhammad benar-benar paham dan hafal terhadap ayat yang diturunkan. Artinya tanamkanlah kegemaran membaca al-qur’an, pelajarilah secara bertahap dan siapapun yang ingin belajar al-qur’an haruslah ada pembimbingnya, agar ketika salah membacanya ada yang mengoreksinya.
16. janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
20. sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.(QS;Al-Qiyamah : 16-21)
Pada ayat ini juga Allah memerintahkan dengan Fi’il Amar  maka iktuilah bacaan itu artinya, setelah gemar membaca dan mengamalkannya al-qur’an kita tidak hanya tinggal diam. Kita disuruh mengikuti al-qur’an, mengikuti amalan syariat dan hokum-hukumnya, sesuai dengan kapasitas diri masing-masing. Pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Dengan kecintaan membaca ayat-ayat al-qur’an , merupakan tanda akan lahir suatu motivasi untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan terhadap al-qur’an tidak lahir dengan spontanitas, disamping upaya yang sungguh-sungguh dari diri sendiri, keluarga dan para ulama dalam meningkatkan tulis baca al-qur’an, namun yang  tidak kala pentingnya adalah faktor apresiasi pemerintah. Jikalau kita seorang pejabat, tiada salahnya membuat peraturan daerah yang berhubungan dengan al-qur’an, misalnya setiap anak yang melanjutkan ke tingkat SLTP dan SLTA hendaknya memiliki sertifikat tulis baca al-qur’an. Dengan demikian, TPA-TPA yang ada disekitar kita tidak akan sepi seperti sekarang ini. Kita bangga karena didaerah kita telah banyak berdiri mensjid-mesjid, telah banyak berdiri surau-surau, TPA-TPA yang telah banyak dicetak qari dan qari’ah,
Oleh karena itu, marilah kita galakkan membaca Al-Qur’an.  Marilah, bersama-sama kita pelajari dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana layaknya Rasul diberi gelar Al-Qur’an yang berjalan. Dengan demikian akan tercapailah masyarakat yang dicita-citakan yaitu BALDHATUN TAYYIBATUN WARABBUN GHAFUR. Pengertian Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang lafad Al-Qur’an tetapi mereka sepakat bahwa lafad Al-Qur’an adalah isim (kata benda) bukan fi’il (kata kerja) atau harf (huruf). Isim yang dimaksud dalam bahasa Arab sama dengan keberadaan isim-isim lain, kadang berupa isim jamid atau disebut isim musytaq
Sebagian ulama berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah isim musytaq, namun mereka masih tergolong ke dalam dua golongan.
Golongan pertama berpendapat, bahwa huruf nun adalah huruf asli sehingga dengan demikian isim tersebut isim musytaq dari materi qa-ra-na. Golongan yang berpendapat seperti itu, masih terbagi dua juga :
Golongan pertama diwakili antara lain oleh Al-Asyari yang berpendapat bahwa lafad Al-Qur’an diambil dari kalimat “Qarana asy-syaiu bis-sya’i aidzadhammamatuh ilaih”. Ada juga yang berpendapat diambil dari kalimat “qarana baina baina al-bairani, idza jam’a bainahuma”. Dari kalimat yang terakhir muncul sebutan Qirana terhadap pengumpulan pelaksanaan ibadah haji dan umroh dengan hanya satu ihrom.
Golongan kedua diwakili antara lain oleh Al-Farra berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an musytaq dari kata qara’un, jamak dari qarinah, karena ayat-ayat Al-Qur’an (lafalnya) banyak yang sama antara yang satu dengan yang lain.
Golongan kedua berpendapat bahwa huruf alif dalam kata Al-Qur’an adalah huruf asli. Pendapat ini juga terjadi pada dua golongan :

Golongan pertama diwakili oleh Ihyan yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar mahmuz mengikuti wazan al-gufron dan ia merupakan musytaq dari kata qara’a yang mempunyai arti yang sama dengan tala’.

Golongan kedua diwakili antara lain Az-Zujaj yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an diidentikan dengan wazan al-fu’lan yang merupakan musytaq dari kata al-qar’u yangmempunyai arti al-jam’u
Dari uraian tersebut berbagai pandangan tentang Al-Qur’an dilihat dari sudut bahasa, penulis menganbil definisi dari pendapat pertama yang mengatakan bahwa alif dalam kata Al-Qur’an adalah asli sebagaim,ana diwakili oleh Al-Lihyan, hal ini agar definisi Al-Qur’an sama dengan definsi telah disajikan pada bab pertama.
Dalam pengertian Al-Qur’an, para ulama mempunyai shigoh-shigoh tertentu, ada yang panjang dan ada yang pendek. Sedangkan yang paling mendekati dan sama menurut pengertian mereka tentang Al – definisi Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala
Fungsi Al-Qur’an
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158) Juga disebutkan FirmanyaNya :
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1) Sebagian nama–nama Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan yang diturunkan-Nya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai itu …” (QS Al-Baqoroh [2]: 185).
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqoroh [2]: 2).
Bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya, antara lain Surat Al-Imron [3] ayat 138.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman, : “…. Katakanlah : ‘Al-Qur’an itu adalan petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman…” (QS Fussila [41]: 44).
b. Al-Furqon (pemisah)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran yang membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) … (QS Al-Baqaroh [2] : 185).
c. Al-Syifa (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit psikologis). Allah berfiman, “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada…”(QS Yunus [10] : 57).
d. Al Mau’idzoh (nasehat)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa” (QS Ali-Imron [3]: 138)
Demikianlah fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirman Allah dalam Al-Qur’an. Sedang fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan invidu yang bersangkutan

           

Pentingnya Membaca Al-Qur’an

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Di antara ciri khas atau keistimewaan yang dimilki Al-Qur’an adalah ia bisa memberi syafa’at pada hari kiamat pada orang yang membacanya, a, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Umamah al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:Muslim
SUMBER DANA SIMA’AN
Sumber dana diperoleh dari para anggota sima,an akad pahing dari perorang tidak dibatasi akan tetapi terserah dan keiklasan mereka menurut hasil wawancara peneliti yaitu delapan puluh ribu, sembilan puluh ribu seratus ribu akan tetapi yang bertanggung jawab yaitu orang menjadi tuan rumah misalnya sima’an pada bulan ini diadakan didusun nguncup maka yang bertanggung jawan penuh masyarakat yang berada pada desa tersebut yang mereka yang bertanggung jawab atas perlengkapannya misalnya konsumsi alat-alat sonds sistem dan lain-lain. Sedang iuran dari para anggota hanya digunakan sebagai uang pokok dan uang yang diperlukan sebagai keperluan mendadak. Akan tetapi kadang kala banyak masyarakat yang memberikan konsumsi dan dana seiklasnya dari mereka sedangkan dari para anggota sima’an sendiri tidak menghimpun iuran wajib bagi masyarakat.
            PERKEMBANGAN SIMA”AN AL-QUR’AN

            Dari kegiatan ini dapat peneliti simpulkan bahwa perkembangan sima’an ini yaitu dzikir widak yaitu berdzikir bersama masyakat yang masing-masing terdiri dari masrakat yang banyak dan masing-masing berdzikir sampai jumlahnya yaitu 6000. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama masyarakat. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari  dilaksanakan setelah kegiatan sima’an al-qur’an selesai.